Minggu, 14 Agustus 2011

Tahan Emosi dan Cepat lah Memamaafkan

Ada fenomena yang menarik untuk kita cermati bersama dalam kaitan hubungan sosial antar sesama. Contoh kecil yang mungkin sering kita jumpai dalam pergaulan sehari-hari dengan orang arab misalnya, mereka umumnya cenderung untuk lebih cepat marah tapi juga cepat memaafkan. Berbeda dengan kebiasaan umum kita yang cenderung untuk tidak cepat marah, namun juga tidak cepat memaafkan. Apabila kita ingin mengambil hikmah dari dua kebiasaan berbeda ini, maka kita harus mencoba untuk tidak cepat marah dan cepat memaafkan. Jika sebaliknya, yaitu cepat marah dan tidak cepat memaafkan, maka kita termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi. Naudzubillahi min dzalik.

Islam memerintahkan kita untuk lebih banyak menahan amarah. Islam menganjurkan kita untuk saling memaafkan. Islam mengajak kita untuk menjauhi segala macam dendam dan kebencian. Bahkan lebih dari itu, Islam mengajarkan kita untuk membalas kejahatan dengan kebaikan. Ini adalah bukti bahwa islam adalah agama kasih sayang. Islam mengajarkan keadilan tanpa memanipulasi kebenaran dalam bentuk apa pun dan kepada siapa pun. Bahkan kpada diri sendiri pun, keadilan tetap harus ditegakkan. Sungguh Islam adalah agama yang penuh dengan keseimbangan.

Manusia pada hakikatnya selalu ingin berkumpul dalam suasana kebaikan dan kelembutan. Manusia pada dasarnya juga tidak ingin mencari kekerasan dan permusuhan. Untuk itu manusia selalu mencari rahmat untuk bisa menjaga keharmonisan hidup. Allah SWT berfirman: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159).

Pada saat pembebasan kota Makkah, Rasulullah SAW telah memberikan contoh kepada kita untuk berusaha memaafkan orang yang telah berbuat semena-mena kepada kita. Rasul berkata kepada kaum quraisy : ''Wahai orang-orang Quraisy. Menurut pendapat kamu sekalian, apa yang akan aku perbuat terhadap kamu sekarang?'' Jawab mereka, ''Yang baik-baik. Saudara yang pemurah, sepupu kami yang pemurah.'' Mendengar jawaban itu Nabi berkata, ''Pergilah kamu sekalian. Kamu sekarang sudah bebas!''.

Dari peristiwa itu, kita melihat betapa luhur dan mulianya Nabi dalam memberikan maaf justru kepada mereka yang selama itu telah memusuhi, membenci, menghina dan menyakiti Nabi. Tanpa menunjukkan sedikit pun tanda-tanda kebencian maupun rasa ingin membalas dendam. Sikap Rasulullah yang penyantun, penyayang dan pengampun menunjukkan bahwa beliau adalah manusia yang tidak menyukai permusuhan.

Tidak ada seorang manusia pun di muka bumi ini yang terlepas dari amarah. Yang terpenting adalah bagaimana sikap kita untuk menahan emosi ketika datang amarah. Tidak jarang kita mendengar berbagai macam kasus perceraian, pembunuhan, penipuan dan lain sebagainya hanya karena sebuah kemarahan. Oleh karena itu, amarah pada tingkat tertentu merupakan ukuran bagi kadar keimanan. Sekuat apapun ibadah seseorang, jikalau dia pemarah, maka tetap akan rusak imannya. Kerugian pemarah di antaranya adalah dalam pergaulan ia tidak disukai karena para pemarah itu wajahnya tampak tidak menyenangkan. Kata-katanya pun kotor dan keji. Bahkan mungkin seorang pemarah seringkali tidak sadar terhadap apa yang telah dikatakannya.

Amarah berasal dari hati. Jika dasar hati manusia adalah sombong dan merasa harga dirinya lebih baik dari orang lain, maka itulah yang membuat manusia susah memaafkan. Bukankah kita hidup bermasyarakat? Kita pasti membutuhkan orang lain, dan mungkin pada suatu saat nanti kita membutuhkan bantuan dari orang yang menyakiti kita.

Orang yang sulit memaafkan adalah orang yang hatinya keras layaknya batu. Sebaliknya, orang yang lapang dada akan senantiasa mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain, bahkan sebelum orang itu minta maaf, dia akan lebih dahulu memaafkan. Allah SWT yang Maha Pemurah dan Pemaaf saja selalu memaafkan kesalahan manusia, kenapa kita sebagai manusia yang hina ini selalu angkara murka dan susah untuk memaafkan?

Ada beberapa pelajaran yang diajarkan oleh Rasulullah agar kita dapat menahan amarah. Pertama, selalu melatih diri untuk menahan marah dengan selalu mengingat firman Allah SWT: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran: 134). Rasul juga berkata: ''Marah adalah awal segala keburukan.'' (Muttafaq Alaih).

Kedua, berwudhu. Rasul bersabda: ''Sesungguhnya, marah itu dari setan. Setan diciptakan dari api. Api hanya bisa dipadamkan dengan air. Maka, jika salah seorang dari kamu marah, hendaklah ia berwudhu.'' (HR Abu Daud).

Ketiga, jika marah dalam keadaan berdiri, maka duduklah. Jika sedang duduk, tidurlah miring. Ini untuk mendekatkan tubuh orang yang sedang marah ke tanah sehingga ia merasa hina dan sadar akan asal penciptaannya. Keempat, diam. Kelima, berfikir tentang keutamaan orang yang menahan amarah dan bersikap arif kepada orang lain.

Keenam, meminta perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari tipu daya setan. Tidak semua bentuk kemarahan dilarang. Dalam kondisi tertentu, marah malah dibutuhkan dan sangat terpuji. Marah yang terpuji adalah marah yang muncul karena Allah SWT. Kemarahan umat Islam terhadap pelecehan Nabi Muhammad misalnya, adalah kemarahan yang baik. Sebab, ia adalah ekspresi dari ghirah terhadap simbol-simbol agama dan bentuk cinta kepada Rasulullah SAW.

Moment halal bi halal idul fitri seperti sekarang ini adalah kesempatan bagi kita untuk menumbuhkan kembali rasa kasih sayang, mempererat tali persaudaraan dan membina ukhuwah islamiah diantara kita. Inilah salah satu cara yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk menghidupkan hati nurani kita agar senantiasa diliputi cahaya kasih sayang, yaitu dengan bersilaturahim. Untuk itu mari bersama-sama membuka lembaran baru dengan saling memaafkan. Semoga dengan puasa di bulan ramadhan, silaturrahim dan halal bi halal, segala salah dan dosa kita dapat terhapuskan. Amin. Taqabbalallahu minna wa minkum. Minal aidin wal faizin. Mohon maaf lahir dan batin. Selamat hari raya Idul Fitri 1430 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar