Manusia terlahir ke dunia ini telah membawa cinta dari Sang Pencipta. Setiap insan yang sehat jasmani maupun rohaninya pasti merasakan getaran cinta. Karena cinta adalah anugerah Sang Khaliq. Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an yang artinya: “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda…” (QS. Ali Imran : 14). Pelajaran yang dapat dipetik dari ayat tersebut ialah pembagian cinta yang dilalui oleh manusia dalam mengarungi samudera kehidupan.
Urutan Mutiara Cinta
a. Cinta kepada lawan jenis
Kali pertama penyebab cinta bisa timbul dalam diri kita ialah karena pandangan pertama terhadap lawan jenis. Pesona yang ditebar oleh kaum hawa akan masuk kedalam sum-sum otak, kemudian melemahkan sendi-sendi tulang cucu Adam. Dan inilah yang disebut jatuh cinta. Sosok wanita cantik nan sholehah adalah dambaan setiap lelaki. Bagaimana tidak, dunia seisinya hanyalah permainan dan senda gurau belaka.
Siti Khadijah ra., istri Rasulullah saw. adalah wanita yang patut diteladani. Seorang istri yang sholehah, pengertian dan patuh kepada suaminya. Dalam suatu kisah, ketika Rasulullah hendak bepergian untuk beribadah di gua Hira, segala kebutuhan Rasulullah seperti makanan dan minuman telah disiapkan oleh sang istri. Dan ketika Rasulullah kian hari tak kunjung pulang, muncullah kekhawatiran dibenak Siti Khadijah, yang akhirnya ia memerintahkan seseorang untuk mencari baginda Rasul. Seperti inilah gambaran seorang istri yang taat kepada suami. Maka dari itu, tiada perhiasan di dunia yang paling indah, kecuali istri yang shalehah.
b. Cinta kepada keturunan
Setelah terjalin asmara dengan kaum hawa, jalan yang hars ditempuh untuk membentuk mahligai rumah tangga adalah dengan pernikahan. Pernikahan merupakan solusi terakhir yang dapat menghalalkan hubungan antara lelaki dan wanita berdasarkan syariat agama, yang didalamnya terdapat ikatan suci guna membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan bahagia dibawah payung Ilahi.
Kemudian, setelah sah menjadi suami-istri, kecintaan berikutnya ialah mempunyai momongan. Hidup berdua dalam satu atap rasanya kurang sempurna jika belum memiliki momongan. Karena impian setiap pasangan suami-istri adalah hadirnya si buah hati. Disamping sebagai obat pelipur lara, kelahiran si kecil menandakan simbol kesuburan sang istri, yang juga menjadi “tabungan” kelak di Akhirat. Rasulullah saw. bersabda : “Tiga perkara yang tidak akan putus sampai hari kiamat,diantaranya : amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan putra/putri yang sholeh/sholehah, yang mendo’akan kedua orang tuanya”.
c. Cinta kepada harta
Setelah mempunyai momongan, kecintaan terhadap harta merupakan ujung dari kehidupan di dunia yang fana’ ini. Hidup di dunia serasa hidup di surga jika memiliki harta. Keinginan yang terlintas dalam pikiran, sejenak bisa menjadi kenyataan. Namun, dengan harta jualah manusia terkadang bisa melupakan segalanya.
Sebagai seorang suami, sudah menjadi kewajibannya mencari harta untuk menafkahi istri dan anak-anaknya. Keberadaan sang suami merupakan “tulang punggung” yang mengayomi dan bertanggung jawab atas kesejahteraan keluarga. Selain itu, suami adalah kepala keluarga yang menjadi nahkoda ditengah lautan krisis yang sedang melanda dan menopang badai penyebab runtuhnya bangunan rumah tangga. Sedangkan kapasitas seorang istri, yaitu sebagai “dompet” keluarga. Yang bertugas mengatur sirkulasi keuangan serta membelanjakannya sesuai kebutuhan keluarga. Dan jangan lupa, tugas mendidik anak adalah kewajiban bersama.
Pada akhirnya, pembagian cinta adalah jalan menuju kebahagiaan keluarga, yang bermuara pada cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Yaitu menegakkan kalimat Allah dan mengikuti sunah Rasul. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar