Pada masa lampau, suatu suku Indian di Amerika sana yang sekarang ini konon sudah punah, memberlakukan suatu uji kedewasaan yang harus dijalani oleh anak laki-laki mereka yang akan memasuki masa dewasa.
Anak laki-laki yang lulus dari ujian ini akan dianggap sebagai lelaki dewasa yang memiliki hak dan tanggungjawab seperti lelaki dewasa di sukunya. Ketika saat uji kedewasaan tiba, anak laki-laki yang diuji dibawa oleh para laki-laki dewasa suku itu ke hutan yang jauh dan gelap dalam keadaan mata tertutup supaya dia tidak tahu tempat yang akan dituju.
Sesampainya di hutan yang dipilih, anak laki-laki itu diperintahkan hanya untuk diam ditempat dan menunggu sampai fajar tiba tanpa boleh berteriak atau minta tolong sekalipun. Hanya itu syaratnya. Jika ia mampu bertahan ditempat itu tanpa berteriak atau meminta tolong sampai fajar tiba, maka ia akan lulus.
Kelihatannya mudah sekali. Tapi hutan yang dipilih memang tidak main-main. Hutan yang dipilih memang hutan yang sangat gelap dan dingin. Selepas sore haripun, sudah sangat sulit untuk melihat tangan sendiri, apalagi ketika malam tiba. Belum lagi suara-suara aneh yang terdengar entah darimana.
Binatang-bintang buas seperti serigala dan beruang yang memang menghuni hutan tersebut dikenal sebagai pemangsa buas tanpa ampun. Bagi sang anak yang sedang diuji itu, ujian itu betul-betul menakutkan. Tidak bisa melihat apapun, tempat yang dingin dan asing, tidak ada satu orangpun, tidak juga orang tuanya hadir disitu, yang ada hanya suara-suara aneh yang tidak ia kenal, bayangan yang menakutkan tentang serigala dan beruang yang akan menyerangnya.
Setiap detik betul-betul dirasakan seperti siksaan yang luarbiasa. waktu dirasakan bergulir begitu lambat sekali. semakin malam, siksaan itu makin terasa dengan hawa dingin yang sangat menusuk. Jika betul-betul tidak kuat, mudah sekali berteriak minta tolong. Anak laki-laki yang tidak lulus dari ujian ini bukannya sedikit. Mereka yang tidak lulus akan sangat membuat malu keluarganya. Meskipun tidak ada hukuman yang dijatuhkan, tapi rasa malu dari kegagalan itu sangat terasa sampai kapanpun.
Ketika matahari mulai terbit, anak laki-laki itu mulai dapat melihat sekelilingnya. Rasa lega bercampur senang dan bangga membuat anak itu ingin cepat-cepat pulang ke rumahnya.
Tapi, sewaktu ia menengok ke belakang, alangkah terkejutnya ia ketika ia melihat ayahnya tengah berdiri tidak jauh dibelakangnya dengan membentang busur dan siap menembakan anak panahnya kapanpun juga.
Rasa kaget anak itu bertambah, sewaktu ia tahu bawa ternyata ayahnya menjaga dirinya semalaman tanpa pernah tertidur sedikitpun dengan tetap siap menembakan anak panahnya kapanpun bahaya datang hendak menyerang. Tidak pernah sedikitpun sang ayah lengahdan melonggarkan penjagaannya.
Dan betapa harunya ia waktu ayahnya berkata, anakku, selama menjaga mu semalaman disini ayah tidak pernah berpikir sedikitpun tentang keselamatan ayah jika ada bahaya yang menyerangmu. Ayah tidak akan pernah ragu-ragu untuk membela dan melindungimu. Rasanya ingin ayah memelukmu dan bilang padamu bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, dan itu bisa ayah lakukan. Tapi kalau ayah melakukan itu, ayah hanya membuat kamu menjadi lemah selamanya. Jadi selama menjaga mu semalaman ayah hanya bisa berkata dalam hati : Jangan menyerah nak, jangan takut, fajar sebentar lagi akan tiba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar