Rabu, 17 Agustus 2011

Hujan Memeluk Senja


Jalan kerikil setapak demi setapak di tepi lembah, dengan beberapa batu besar menghadang sang matahari, dari sini, awan terlihat bermain-main di bawah kaki kita. Langit mulai membiru, tak terlalu biru, agak sedikit jingga dan sang matahari cukup perkasa hari ini. Lelaki hujan menikmati pemandangan petang dari bangku taman halaman rumahnya. Kepalanya masih sedikit terasa pusing, badannya pun masih terlalu lemas untuk melakukan aktifitas yang seperti biasanya. Mungkin masih ada pengaruh obat bius dan sisa trauma atas kejadian kemarin.

Diantara bangkai daun yang berserakan, debu-debu bernyanyi merdu mengisi kekosongan suara. Angin memainkan rhythm, debu pada melodi, dan langit hanya mengiringi irama saja. Lelaki hujan tampak asik menikmati nyanyian alam ini. Sementara hatinya masih gelisah, apakah gadis senja masih akan menyambut kehadiran dirinya lagi. Ataukah ia sudah berpaling ke lain hati.

Diantara butiran bait doa, lelaki hujan masih menyimpan berjuta rasa penasaran akan pahlawan yang baru saja menyelamatkan hidupnya kemaren ini. Kesatria dari antah berantah ini pasti adalah seorang yang sangat berhati mulia. Namun siapa dan mengapa kesatria ini menyelamatkan lelaki hujan, masih menjadi misteri.

Langit kian memerah, tanda siang akan menghilang. Sementara bintang-bintang bertaburan seakan enggan terlambat datang ke acara sekali seumur hidup. Mereka berkedip genit menyapa jutaan makhluk yang sedang memujanya. namun bulan sabit sedikit berselimut awan, rupanya dingin malam pun terasa menusuk baginya. Sementara lelaki hujan mengenakan jaket, dan bersiap dengan petirnya menuju venus, tempat cintanya tertunda beberapa masa.

Gadis senja sedang merajut mantel untuk musim gugur beberapa bulan lagi, rajutan belum selesai, ia kembali pada lembaran kertasnya. disamping beberapa lembar itu, terpajang fotonya bersama kekasih yang entah sedang apa sekarang ini. gadis senja hanya tersenyum getir, lalu kembali menghadap rentetan kertasnya. mengambil pena dan menuliskan

"kamu, aku tahu lebih perkasa dari batu karang
dapat terbang melebihi elang
kamu, dimana pun menapak
rinduku kesana melangkah
bersama isi langit,
dan bintang saksinya
aku bersumpah untuk menanti
dan jika harus bukan kamu,
aku hanya lebih ingin sendiri"


Tulisannya masih belum selesai, pintu terketuk. "Ah siapa yang datang, jarang sekali" bathin gadis senja bergumam, seketika kemudian ada langkah menjau dari pintu, gadis senja terkejut bulu kuduknya berdiri, ia ketakutan, namun penasaran lebih menjuarai perasaannya. Ia pun membuka pintu, di taman halamannya yang hanya diterangi satu lampu taman, tampak seseorang sedang berdiri, postur dan gestur yang sangat ia kenal dengan baik, sosok yang beberapa hari terakhir sangat dirindukan.

Gadis senja berjalan dingin, seakan ingin menyembunyikan perasaan sebelum ada pernyataan yang ditunggunya. Langkahnya tegas dan tegar, namun wajahnya kentara menahan airmata, entah airmata itu untuk rindu atau bingung, tak ada yang tahu.

 gadis senja : hey, kenapa ga masuk
 lelaki hujan : hmm di sini aja deh
 gadis senja : ada apa, ko malem-malem dateng?
 lelaki hujan : apa kabarmu?
 gadis senja : baik, hanya ingin menanyakan kabar?
 lelaki hujan : ya.. itu saja, aku cuma ingin tahu kabar kamu, dan melihat kamu
 gadis senja : ooh, sudah tahu kan sekarang.. lalu?
 lelaki hujan : hmm maaf mengganggu, aku undur diri dulu..
 gadis senja : baiklah..


 lelaki hujan membalikan punggungnya membelakangi gadis senja, berjalan menjauh menuju luar rumah, namun langkahnya terasa berat, mendengar sedikit suara isakan dari belakangnya. gadis senja tak mampu lagi menahan airmatanya, langkah lelaki hujan terhenti, gadis senja berteriak lantang

 "kamu jahat, kamu ga adil, ninggalin aku kaya gini, aku ga salah apa-apa, aku ga pernah berkhianat"

 lelaki hujan berputar kembali, sementara tangis gadis senja semakin menjadi. lelaki hujan berjalan sembari menundukan kepalanya. ia pun tak tahu harus berkata apa.

 "kamu seenak hati ninggalin aku yang kebingungan, aku tiap hari khawatir sama keadaan kamu, ga pernah ada kabar.. kamu seneng mainin hati perempuan lemah kaya aku? nih liat, puas liat aku nangis?"

 teriakan gadis senja dalam tangisnya, bahkan gadis senja pun tidak percaya kata-kata itu terlontar lancar dari lisan mungilnya. lelaki hujan berjalan demakin dekat hingga ia berdiri di depan gadis senja, dan gadis senja bisa merasakan hembusan napas lelaki hujan.

 "plaaaakk!!!"

 sebuah tamparan mendarat di pipi kiri lelaki hujan.

 "itu karna kamu ninggalin aku dengan tuduhan seperti itu"

 lelaki hujan pun membuka suara.. matanya tetap menatap wanita dihadapannya tajam, sementara sang gadis sedang bercucuran airmata

 lelaki hujan : maafin aku, aku salah..
 gadis senja : terus apa?
 lelaki hujan : aku menyesal
 gadis senja : apa ini cuma di mulut kamu aja?

 lelaki hujan memeluk gadis senja erat-erat, gadis senja semakin menangis di dalam pelukannya, airmatanya semakin menderas mendengar detak jantung lelaki hujan yang kian cepat. mata lelaki hujan kosong, ia terlihat sangat gugup dan akhirnya berani berkata.

 "aku tetep ingin kamu jadi istri aku, maafin aku untuk masalah kemarin ini.

 tik... tik..

 butiran butiran ganjil menetes dari langit, sedikit tetes gerimis mengalir diantara serpihan komet yang melintas malam itu, gerimis di tengah kemarau, seakan langit ikut menangis melihat kedua pasangan tersebut.
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar